Sabtu, 11 Juli 2015

Pikiran dan Musuh ?

sebelum nya gue sangat sangat berterima kasih sama temen gue karna dia, blog ini tertulis .. 

Siapa musuh terbesarmu?


Sebuah pertanyaan yang mengusik benak gue. Dan tanpa berpikir lebih dalam, 
gue sudah tahu jawabannya.
sebab guelah musuh gue sendiri.

Setiap orang punya pikiran positif dan negatif. Setiap orang punya jiwa-jiwa PEMBERANI dan PENAKUT sekaligus. Dan karena gue mempercayai segala hal yang kita lakukan bersumber dari pikiran, maka pikiranlah yang gue ajak berteman dan bermusuhan secara bersamaan. 



ada saat saat gue membenci pikiran gue ketika :

• ia membuat gue takut dengan segala spekulasinya

• ia membuat gue cemas, mengajak memikirkan esok hari, atau masa depan dan hal yang buruk atau hal yang gue benci ia suguhkan

• ia membuat gue bergelut dengan pesimis, dengan teganya optimis gue hilang perlahan sejak satu tahun terakhir,jangan tanya mengapa,gue juga tidak tahu.

• dan pikiran buruk-buruk adalah awal kehancuran, imajinasi gila yang disalahgunakan

Itulah mengapa gue benci pikiran gue ketika para penjahat otak itu mulai merajai pikiran gue, terutama menjelang dan saat siklus jahat itu tiba. 

Gue memang pernah membaca dan gue posting di blog gue yg lain tentang antara cita-cita dan keluarga.

Salah satunya adalah ketakutan akan kesuksesan yang lamban di raih, akhirnya depressionyeah something like that


Dan gue baru sadar, perasaan ini tidak pernah ada,kecemasan masa depan,bagaimana kuliah dan kehidupan gue berjalan,dan sebagianya terjadi di tanggal siklus itu. 

Mungkin gue memang perlu asupan yang bisa meningkatkan 4 hormon bahagia menjelang tanggal itu tiba.

Gue tahu kalau pikiran buruk dibiarkan,lama-lama gue akan hancur. 

Tapi gue tidak bisa mengenyahkan begitu saja. Maka biarkan gue menuliskan apapun yang merangsek di otak gue, tetapi gue selalu berusaha memilah apa yang perlu di sampaikan di media dan mana yang tidak.

Mungkin gue memang tidak sehat. 
Gue membenci pikiran buruk di kepala gue, tapi gue tidak membenci diri gue. Gue tidak mau membenci siapa pun.

Maaf untuk segala yang ngelantur, hidup memang kadang ngawur.

sekali lagi gue ucapi terima kasih buat temen gue, yang udah ngasih pencerahan, dan membuat gue melek akan semua nya .

Pesan dari blog ini 

jangan pernah berfikir buruk sebelum anda menjalankan yang anda fikirkan, 
barangkali yang anda jalankan bisa jauh lebih sukses dari yg anda bayangkan, jangan takut gagal , kalau gagal bangkit lagi, dan lagi.



"Masa depan kita di tentukan dengan tindakan dan fikiran kita saat ini"


salam optimisme RHT ;)



Rabu, 08 Juli 2015

Keluarga atau Cita~cita ?

Kalau kamu harus memilih antara cita-cita dan keluarga? Yang mana yang akan kamu pilih? Kata Nasehat banyak orang , kita manusia harus cari tahu apa maunya Kita. Tapi sulit bagi gue untuk mencari tahu dan gue tidak punya banyak waktu untuk menunggu.



Berbisnis sudah jadi bagian diri gue yang ga mungkin dilepasin gitu aja. Beberapa bisnis gue, walaupun nggak berhasil dan wah, telah berhasil menghasilkan sesuatu. 
Dan gue ingin mengejar prestasi yang lebih lagi dalam bidang usaha. Ibarat rumah, fondasi gue bahkan belum selesai dibangun. Tapi gue sudah dihadapkan pada kenyataan, bahwa gue harus memilih meneruskan membangun fondasi itu atau berhenti dan tinggal di rumah tua yang butuh perawatan. Dan rumah tua ini adalah orang tua gue sendiri. Sorry kalau perumpamaan gue agak ga nyambung dan kejam. Tapi gue yakin kalian ngerti maksud gue.

Intinya, temen-temen semuaaaaaaaaaaaaa… gue sedang dilema gundah gulana berat!!! Lebih berat dari gajah, tronton, kereta barang, atau apa pun di dunia ini menurut gue berat. Gue yakin hal ini akan kalian alami atau mungkin sudah kalian alami juga.



Saat ini, gue sedang dalam keadaan bekerja. gua lulusan smk 1 tahun yang lalu, dan ini lagi menikmati yang namanya mencari uang hasil keringat sendiri. 
Gue tuh bingung, setelah selama satu tahun untuk bekerja dan nganggur untuk tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

tahun ini dorongan itu pun datang lagi baik dari pihak keluarga maupun orang tua gue, 

“Halah, B O D O A M A T sih!! ngapain nolak di suruh kuliah?” pasti kalian mikirnya kurang lebih kayak gitu.
Ini pertimbangan hidup dan mati nih. 
Masalahnya, Bokap gue tuh udah pensiun , udah hampir 50 tahunan, udah nggak semangat dan nggak sekuat dulu mencari uang nya,
itu yang gue pertimbangi sampe sekarang. dari pada menghambur hamburi uang untuk biaya kuliah gue lebih baik di simpen untuk masa yang akan dateng.


gue selalu berfikir  nasib apa yang bakal menanti gue kalau gue sarjana? Paling mentok jadi PNS itu aja belom pasti. Lalu, bantu Bokap urusin sawah, bantuin di perkebunan sayuran yang di dijalani nya dan menjadi hobinya.
Itu artinya, gue ga mungkin bisa jadi pengusaha lagi seperti apa yang gue impikan selama ini. Lalu apa arti kuliah 4 tahun yang gue jalani?, selama itu buang buang waktu? gue ingin sesuatu yang beda, namun keadaan tidak mendukung gue untuk itu. How I hate this condition.

Banyak orang bilang, “serahkan sama Tuhan.” Mudah bagi mereka mengatakan itu ketika mereka hidup bermandikan dan terlahir banyak uang dan tidak berada di posisi gue. Bukan berarti gue ga percaya Tuhan, tapi gue benci sama orang yang ngomong tapi ga ngerti apa-apa tentang keadaan gue.

Sebenarnya gue bisa saja bersikeras tetap nggak ngelanjuti kuliah atau bahkan selalu mencoba bisnis baru untuk mengejar mimpi gue, tanpa harus mikirin orang rumah. Toh, kalau berhasil mereka juga yang senang! Tapi ga bisa!!!!!
nggak bisaaaaaa!!!!

Gue anak tunggal, tau tunggal ?
yap Satu? Semata Wayang!!! . 
Gue juga ingin berbakti sama Bokap gue. Selama gue sekolah dulu, dia telah memberikan segala yang terbaik buat gue. apa yang gue mau pasti selalu ada. Sejak masa jayanya hingga masa pasang surutnya perekonomian Keluarga. 

Nanti, di masa tuanya gue ingin sekali dia beristirahat di rumah. Duduk-duduk santai menikmati indahnya masa tua sambil baca koran duduk di depan teras dan biarkan gue yang mengurus segalanya.


Apa lagi yang bisa gue lakukan untuk menyenangkan dia selain menuruti kemauannya? 

Oh ya! Jangan pernah membayangkan sosok pria yang baik hati dan murah senyum sebagai Bokap gue. Bokap gue orang paling keras dan disiplin yang pernah gue temui. Dia menggunakan kakinya untuk ‘menegur’ gue. Sabuk untuk ‘merangkul’ gue ketika gue membantah.Tapi gue bersyukur dengan semua didikannya. Karena itulah tanda kasihnya.

Gue yakin, Bokap gue, atau orang tua manapun di dunia ini ga akan pernah menuntut balasan atas segala yang telah mereka berikan kepada anaknya. Their love is for free! Dan walaupun ga bisa memberikan sebanyak yang Bokap gue telah berikan, ingin sekali rasanya membalas kasih dan cintanya.

Gue tidak mengeluhkan jatuh bangun keuangan yang terjadi dalam keluarga gue. Yang gue sesali adalah gue tidak punya kesempatan untuk merubah itu sesuai cara yang gue mau.

Ingin rasanya teriak, nangis! Tapi gue ga punya tempat. Ketika masih kecil dulu, gue selalu ngadu ke mbah atau engkong gue sebagai pelabuhan ketika sedih atau marah. Ketika gede gue ga punya tempat mengadu.



Teman? Jangan pikir gue ga punya teman gitu laaaaaaah… punya kok, punyaaa… Hanya saja, mereka bukan sosok yang gue bisa percaya. Mungkin gue terlalu perfeksionis dalam persahabatan? Bisa jadi. Sebab ga ada satu manusia pun di dunia ini yang gue percaya. Gue ga mungkin membicarakan masalah seperti ini sama teman-teman gue yang mungkin ga peduli juga sama hal ini. Dan ga penting juga bagi gue untuk berbagi dengan mereka. Mereka toh juga ngga bisa bantu gue. Jadi, ibarat membuang garam di laut.
 
Satu-satunya hal yang bisa bikin gue lega saat ini adalah menulis. Yah, bisa dibilang semacam terapi khusus buat orang yang sedang sedih dan nggak ada tempat mengadu nya...

Sepertinya, gue ga perlu jawaban harus milih apa untuk masa depan gue? Jawabannya sudah pasti.

 Sudah digariskan sejak gue lahir sebagai 
"Rian Hidayatullah", anak tunggal dari keluarga yang biasa-biasa saja dan menjalani hidup yang biasa demi keluarga. 
Parah! Padahal, deep in my heart I wanna be different, I wanna be more than just enough. 

Gue ingin sukses dengan cara gue dan meraih SE-GA-LA-NYA dan menyenangkan SE-MUA-NYA… But life must go on and I have to see the reality.


apapun pendapat kalian setelah baca tulisan ini tolong bantu saran dan comen nya gan, bantu gue agar dapet pencerahan :) thanks 


Jatuh cinta sama orang yang belum pernah ketemu

Kenapa Bisa Begitu?

Kenapa? Oh kenapa ? 


Oke percayakan kalimat

"Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini". 


Contoh kecilnya, dulu bokap gue, manusia yang hampir sekarat koma selama hampir satu bulan berhasil hidup kembali dengan kondisi yang lebih utuh dan lebih baik kembali 


Atau terciptanya teknologi canggih di gadget kamu sekarang melebihi otak kamu. 


Begitu pun ketika jatuh cinta sama orang yang belum pernah ketemu. Itu bukan hal yang nggak mungkin. Mungkin beberapa dari kamu ada yang pernah ngalamin peristiwa indah namun aneh ini. Bagaimana bisa jatuh cinta sama orang yang belum pernah ketemu? Tentu bisa, bahkan ada yang jadian padahal belum pernah ketemu.


Yapp itu yang gue rasain sekarang 

aneh bukan ??? 



Berawal dari Tertarik dengan Foto profil nya 


Percaya jatuh cinta pada pandangan pertama itu masih berlaku hingga saat ini. Bedanya, di era sosial media yang lagi rame seperti Instagram, hal itu bisa terjadi juga dengan sedikit pergeseran kalimatnya, jadi

"jatuh cinta pada pandangan pertama foto profil-nya.

 

Nggak bisa dipungkiri foto yang cantik pasti menarik minat kamu untuk melihatnya secara detail. Mulai dari kulitnya yang bening sampai keliatan organ tubuhnya, garis bibir tipisnya manis yang tersenyum, ukuran alisnya yang lancip dan nyambung, bentuk hidungnya yang jajar genjang, sampai mungkin bentuk rambutnya yang kluer kluer kayak uler lagi melingker bahkan bermotif polkadot.


                


Setelah puas ngeliat foto profil-nya semalaman mulai dari posisi tiduran di kasur sampai telentang di bawah kolong. Dengan penuh rasa penasaran dan dibumbui sedikit rasa takut, akhirnya gue memberanikan diri untuk mengajaknya berkenalan.


“Hai, boleh minta folback?”

 

“Done.”

 

“Makasih ya, salam kenal namaku oreka, panggil aja ore, tapi jangan ditambahin o ya. Umm.., boleh minta nomor kamu?”

 

“Sama-sama, namaku Amel. Boleh, nih 0801010000.”




Nah, dari sinilah kamu mulai perlahan-lahan menumbuhkan harapan. Kamu mungkin nggak sadar, tapi itulah yang terjadi. Kamu berharap nggak cuma sebatas berkenalan. 


Dari komunikasi ini terbit rasa nyaman dan percaya kalau dia juga mulai suka sama kamu. Terlebih ketika dia melakukan hal-hal sederhana yang di mata kamu adalah istimewa, yang semakin membuat kamu jatuh cinta padanya. Bertambahlah keyakinan kamu untuk semakin mendekatinya.


dan mulai lah terciptakan theatre of dream. Ketika jatuh cinta, theatre of dream manusia bekerja aktif membentuk sosok diri orang yang dicintai seperti yang dinginkan. Dia yang cantik, dia yang baik, dia yang membuat kamu nyaman, dia yang pintar bernyanyi, dan dia yang memberi emot peluk, dan cium bahkan memberi panggilan kasih sayang seolah-olah dia nyata melakukan semua hal itu.


Dan semua itulah yang membuat kamu semakin terlena dengan sosoknya meskipun belum pernah ketemu sekalipun. Meskipun kamu nggak tau sifat aslinya seperti apa, tampangnya kayak gimana, dan sepertinya kamu nggak terlalu peduli dengan keaslian tersebut karena kamu terlanjut jatuh cinta sama dia.

 

Apakah Hubungan Kayak Gini Bisa Sukses?
Menurut gue sih bisa, kalau ketika kamu ketemu sama dia dan sosoknya sesuai seperti ekspektasi. Dia benar berwajah cantik seperti tiap foto yang kamu lihat. Dia benar baik dan bisa menyanyi. Dan akhirnya hubungan kalian berdua pun menjadi nyata, nggak sekedar maya lagi.

 

Coba kalau nggak? Dia yang difoto terlihat seperti bidadari, eh aslinya kayak dedemit pohon bambu. Dia yang di telpon dan di chat history terlihat lembut dengan segala emoticon-nya, eh pas ketemu orangnya dingin banget dan sekalinya ngomong bikin bayi sawan. Lebih parahnya lagi, dia yang kamu kira beneran bisa nyanyi, pas dibuktikan boro-boro, doremi aja nggak bisa bedain nadanya. 


                         ini aslinya 


Ya kamu pasti kecewa dan drop ketika tau aslinya kayak gimana. Kamu akan merasa terbodohi perasaan dan khayalan kamu tentang dirinya. Kamu juga akan merasa bersalah ketika mulai tergerak untuk menjauhinya, menjauhi dia yang nggak seperti yang kamu inginkan.

 

Kecuali kalau kamu bisa memaklumi dan sadar bahwa itu semua awalnya cuma pengharapan kamu aja, lalu mengerti kalau wujud aslinya punya segala kekurangan sama halnya dengan kamu. Itu bisa aja berhasil. 

tapi kalau sebaliknya dia yang merasa kecewa itu yang bahaya nya ... mati kutu lu pada

 

Itulah yang kadang sering terjadi ketika kamu jatuh cinta sama orang yang belum pernah ketemu. Ada baiknya jangan langsung terobsesi ketika melihat foto-nya dan langsung dimasukin ke hati. Seharusnya sebelum melakukan pendekatan, kamu ajak dia ketemu secara langsung supaya tau aslinya gimana dan tentunya mencegah ekspetasi berlebihan di dalam pikiran, hahha kalau gue sih takut duluan buat ketemu takut malah ngejauh :) Udah nyaman duluan sih ..

 

Nah, sekarang Gue mau tanya. Siapa yang pernah jatuh cinta sama orang yang belum pernah ketemu seperti yang gue alami sekarang? Coba diceritain di kolom comments.